Kenapa sih?
Kenapa sih mengatur-atur saya?
Memutuskan apa yang terbaik untuk hidup saya. Merasa kecewa dengan apa yang sudah saya pilih. Merasa marah karena SAYA mengambil keputusan tanpa bilang-bilang. Toh saya juga yang menjalaninya, bukan?
Kenapa sih mengikat saya dengan segala pakem?
Seharusnya bulan madu seminggu setelah pemberkatan. Seharusnya pak inu dan ibu anu harus diundang. Seharusnya ada acara ini, semestinya tata-caranya begitu.
Sudahlah, sudah bagus saya mau menikah. Masih banyak perempuan di luar sana yang memilih untuk tidak menikah. Sudah bagus saya dapat calon suami yang begitu baik dan pengertian dan berani untuk melamar saya. Apa pun tata-caranya, yang penting saya menikah dengan orang yang membuat saya bahagia.
Kenapa sih repotnya melebihi saya?
Dunia tak akan berakhir kalau penyebutan nama di undangan tidak sesuai dengan tata-cara yang lazimnya berlaku. Tak perlu saling mencakar hanya karena keinginan pribadi tidak tercapai. Ini pesta suka cita penyatuan dua hati, kenapa hati kita lalu jadi saling menjauh?
Kenapa sih harus berlebihan?
Rumah tangga saya nanti juga tidak akan berakhir tragis kalau porsi catering tidak mencukupi. Saya hanya ingin menikah dan merayakannya dengan orang-orang yang saya kasihi, dengan pesta yang sesuai dengan kemampuan. Tak perlu memaksakan jika tak bisa mengundang 1000 orang. Saya lebih suka punya tamu hanya 10 orang, tapi mereka benar-benar ikut menangis bahagia dengan saya daripada 990 orang tamu yang datang hanya untuk mencicip catering dan mencela riasan pengantin atau mengambil bunga gratis dari dekorasi.
Saya hanya ingin merayakan cinta ini dan menjaganya sampai maut memisahkan kami. Sudah bagus kami ingin meresmikannya, maka syukurilah itu.
Labels: babble away
0 Comments:
Post a Comment
<< Home