Yes, I laugh a lot, cried a lot, love a lot, hate a lot, bitch a lot, complained a lot, joke a lot, yet only write a small portion of it. Oh well.

Monday, April 20, 2009

Project Runway Indonesia

Sebuah ruangan studio yang semi gelap. Hanya ada 1 panggung runway hitam, dengan layar broken white sebagai background. Sebuah lampu disorotkan dari belakang, hingga siapa pun yang melewati runway akan membentuk siluet dulu di balik layar itu.

Sebuahlogo dengan tipografi yang amat terkenal di dunia terbaca jelas "Project Runway" tapi kali ini di bawahnya ada 1 kata tambahan: "Indonesia".

15 kontestan telah duduk di sisi kanan runway. Latar belakang mereka bermacam-macam. Ada yang lulusan Lassale, ada yang menjadi stylist untuk seleb-seleb Indonesia ternama, ada yang masih kuliah desain, dan ada yang ibu rumah tangga biasa tapi punya hobi menjahit.

Muncul dari layar, siluet seorang wanita tinggi semampai. Dia berjalan dengan anggun ke tengah runway. Semua kontestan mendongak memandang seorang wanita tinggi, dengan hak tinggi, berdiri di atas panggung.

Dia menyapa "Hai semua"
Mereka membalas "Hai Caroline"

Ternyata dia adalah Caroline Zachrie.

"Selamat datang di Project Runway Indonesia. Ini adalah kesempatan bagi desainer-desainer pemula untuk mengembangkan bakat mereka. Pemenang dari kompetisi ini akan menerima hadiah berupa: fashion spread di majalah ELLE Indonesia, 1 buah mobil Honda Jazz, dan uang 50 juta rupiah untuk membangun label fashion-nya sendiri"

"Berikut ini adalah para Juri-nya" kata Caroline sambil menunjuk ke deretan fashion people yang duduk di belakangnya.

"Fashion Designer, Oscar Lawalatta"
"Fashion Editor dari ELLE Indonesia...si XYZ (haha, gue gak tau namanya)"
dan juri tamu kita, aktris dan model Mariana Renata.

Untuk tantangan kali ini adalah membuat sebuah pakaian dari bahan yang non konvensional.
Kali ini mentor kalian akan membawa kalian ke pasar tradisional dan memadukan 1 bahan dari pasar tradisional tersebut dengan our country's signature fabric, yaitu kain Batik"

Kembali ke studio jahit, ke 15 peserta diberi waktu 30 menit untuk membuat sketsa, lalu mereka digiring ke pasar becek terdekat untuk "berbelanja"

Ada yang membeli berlembar-lembar daun pisang.
Ada yang mengumpulkan kantong plastik dari kios-kios.
Ada yang membeli berkilo-kilo merica butiran, entah apa idenya -apa pun itu, semoga saja modelnya nanti tidak berpenyakit asma-
Ada yang sibuk memegang-megang daging sapi...oh, mungkinkah dia cukup gila untuk membuat pencil skirt dari irisan daging? Oh tidak!

Waktu telah habis, kini mereka masing-masing diberi berbagai pilihan kain batik dari keranjang yang tersedia. Tanpa pikir panjang mereka menyerbu untuk mengambil batik dengan motif paling menarik.

Mereka hanya memiliki waktu hingga jam 12 malam untuk menyelesaikan pakaian mereka. Studio jahit pun penuh drama dan ketegangan.

Siapakah yang akan keluar menjadi pemenang?
Siapakah desainer yang akan dieliminasi?
Apakah paduan daun pisang dan batik parang akan benar-benar terlihat modis?
Apakah ada model yang alergi merica?
Apakah ada desainer yang cukup gila untuk menggunakan potongan daging dalam fashion show?

Kita nantikan kapan-kapan saja. Karena episode ini hanya khayalan saya semata.

Carry on!

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home