Yes, I laugh a lot, cried a lot, love a lot, hate a lot, bitch a lot, complained a lot, joke a lot, yet only write a small portion of it. Oh well.

Sunday, August 05, 2007

I Heart Mom's Old Records


Jika dirunut lagi ke masa kecilku, mungkin aku anak dengan selera musik paling aneh untuk ukuran anak sebayaku. Di saat anak-anak lain tergila-gila dengan Trio Kwek-Kwek, Bondan Prakoso dan Melissa, aku malah asyik memutar koleksi piringan hitam warisan milik Mama dan kaset butut The Best of ABBA milik Mama juga.


Aku masih ingat, waktu itu aku masih kira-kira kelas 3 SD, memakai gaun Mama yang kebesaran dan menari-nari di kamar sambil diiringi lagu Delilah-nya Tom Jones dari piringan hitam 5 inci. Atau asyik mendengarkan "Sinking Ships" dari Bee Gees, "Bye-Bye-Love" dan "Wake Up Little Susie" dari Everly Brothers.


Saat di tahun 2007 ini anak-anak kecil tergila-gila dengan lagu "Mamammia" dari ABBA (thanks to that AFI-copy-cat- TV Show), aku sudah terlanjur akrab dengan lagu itu kira-kira delapan belas tahun yang lalu. Bahkan aku sudah hafal lagu-lagu ABBA seperti "Chiquitita", "Fernando", "Dancing Queen" atau "Money,money,money".


Bagaimana seorang anak umur 9 tahun di awal tahun 90'an bisa akrab dengan Andy Williams, Pat Boone atau Tom Jones? Mungkin karena waktu itu (bahkan sampai sekarang) aku merasakan ada sesuatu yang berbeda saat mendengar jarum pemutar piringan hitam menggesek permukaan vinyl, atau dengan beat-beat pop yang catchy lagu-lagu ABBA yang terdengar sedikit "mendem" waktu itu, or simply because of no reason at all but being in love with "oldies" records.


Dan sayangnya, sejak pemutar piringan hitamnya rusak dan disimpan di gudang dan aku jadi sibuk dengan radio tape yang baru, yang lebih stereo dengan sub woofer, pemutar kaset baru, pemutar CD dan baru-baru ini : Ipod dan Itunes... semua rekaman tua itu jadi berhibernasi di sudut berdebu gudang rumahku.


Hingga seseorang datang ke rumah dan bantu-bantu membersihkan semua rekaman tua itu (makasih Acum dan Ichsan...hehe), bahkan Acum membantu membawa pemutar yang rusak itu ke tukang reparasi di Jl. Surabaya (yang hingga postingan ini muncul, belum selesai2 juga reparasinya...huh!). Aku jadi bersemangat lagi untuk menikmati lagu-lagu dari beberapa dekade silam itu kembali.


Kalau nanti pemutar piringan ku sudah bisa dipakai lagi, pasti Ipod ku akan kuistirahatkan sementara dan mengganti dunia digital dengan gesekan halus jarum dan permukaan vinyl yang melantunkan lagu-lagu Tety Kadi, Titik Sandhora dan Pat Boone.



So, a little bit of de-digitalization anyone?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home