Yes, I laugh a lot, cried a lot, love a lot, hate a lot, bitch a lot, complained a lot, joke a lot, yet only write a small portion of it. Oh well.

Sunday, January 21, 2007

Pelajaran Tentang Mencintai dari Edward Tulane

Di sebelah Edward, si boneka tua mendesah. Ia tampak duduk lebih tegak.Lucius datang dan mengambilnya dari rak, lalu menyerahkannya pada Natalie. Dan ketika mereka pergi, ketika ayah si gadis membukakan pintu untuk anak perempuannya dan si boneka tua, seberkas cahaya matahari pagi yang terang membanjir masuk, dan Edward mendengar cukup jelas, seolah boneka itu masih duduk di sampingnya, suara si boneka tua.

"Buka hatimu," katanya lembut
"Akan ada yang datang. Akan ada yang datang menjemputmu. Tapi kau harus membuka hatimu dulu"

Pintu menutup. Sinar matahari lenyap.

Akan ada yang datang.

Hati Edward berdesir lagi. Ia memikirkan, untuk pertama kali setelah sangat lama, rumah di Egypt Street dan Abilene yang memutar jamnya lalu membungkuk di depannya dan meletakkannya di kaki kiri Edward, sambil berkata, "Aku akan pulang padamu".

Tidak, tidak, ia berkata pada dirinya sendiri. Jangan percaya.
Jangan biarkan dirimu mempercayainya.

Tapi sudah terlambat.

Akan ada yang datang menjemputmu.

Hati kelinci porselen itu pun terbuka lagi.

(The Miraculous Journey of Edward Tulane by Kate DiCamillo)



Edward Tulane.
Dia bukanlah sesosok pria tegap dengan mata tajam. Dia bahkan tidak menggerakkan tangan dan kakinya. Telinganya panjang dan berbulu, namun kulitnya sehalus porselen, karena memang tubuhnya terbuat dari porselen putih.

Edward Tulane adalah boneka kelinci porselen (walau menurutnya kata "boneka" sangatlah merendahkan harkat karena artinya ia hanyalah sebuah "benda" bukan "mahluk") yang telah belajar tentang apa arti mencintai, kehilangan dan belajar untuk mencintai lagi.

Dia telah jatuh ke dasar lautan,tumpukan sampah, gurun tandus dan ladang yang sepi.Waktu telah mengombang-ambingkan tubuh dan hatinya yang rapuh untuk belajar mencinta, dengan "kurikulum" yang sangat berat dan memilukan.
Ia terhempas ke berbagai tempat, diluar kehendaknya, dan karena tangan dan kaki porselennya tidak bisa bergerak sesuka hati (padahal Edward ingin sekali punya sayap supaya bisa terbang), maka ia hanya bisa menunggu sampai takdir membawanya dari satu pemilik ke pemilik lain. Yang masing-masing meninggalkan kesan di hati porselennya.

Dengan hati yang telah jatuh-bangun-jatuh-bangkit berkali-kali dan dengan tubuh porselennya yang "statis" Edward mencari jalannya pulang, dan kekuatan untuk mencintai lagi.

Aku bukan Edward Tulane.
Kaki dan tanganku leluasa bergerak menurut apa yang aku mau.
Aku memang terhempas, tapi setidaknya tidak terjebak di dasar samudera, menunggu badai mengangkatku ke permukaan seperti yang Edward alami.
Aku bisa menangis, teriak, tersenyum dan mengatakan apa pun yang aku rasa, sama sekali bukan seperti Edward yang bahkan tidak bisa menitikkan air mata atau mengucapkan perpisahan.

Aku bukan Edward Tulane, tapi aku berharap bisa sekuat kelinci itu.
Mungkin sejarah akan berulang.
Hati ini akan kembali terhempas-dibuang-dipungut-disayang-terhempas-dan kembali disayang.
Sebuah olah-raga yang diciptakan oleh kehidupan untuk membuatku kuat.
Namun, aku tau waktu akan membawaku pulang.
Ke tempat yang paling pantas, di mana hatiku menyebutnya "rumah"

Labels: ,

Saturday, January 13, 2007

Daripada Menangisi Chicken Shit, Lebih Baik Cari Chicken Salad

Seperti semua wanita yang baru putus cinta, apalagi yang putusnya engga baik-baik, pasti sempat lah merasa merana, putus asa dan insecure. Merasa tidak punya sesuatu yang bisa membuat bahagia lagi. Kehilangan "pil bahagia" yang membuat hidup sedikit lebih ringan untuk dijalani. Menangis meraung-raung, malas makan, tidak bisa tidur, dan mimpi buruk yang konstan baik saat terjaga atau terlelap. Mata ini seperti diplester agar selalu terbuka dan dipaksa untuk memutar ulang adegan traumatis saat melihat orang yang dicintai "ngamar" dengan perempuan lain.
Really, it's like a worse version of Clockwork Orange.

Tapi setelah sakitnya mereda, kepala ini jadi bisa berpikir secara lebih logis.Di dunia yang semuanya dihitung dengan untung-rugi, setiap airmata jadi terasa ada harganya. Pantas ngga sih airmata segitu banyaknya dibuang-buang, sampe mata jadi kering dan bengkak? Untuk orang macam apa sih gue ngebuang energi?

1. He's not that handsome.

2. He always get in to trouble.

3. Cranky almost all the time.

4. He's a financial burden (as a matter of fact, he still owes me money!)

5. Liar.Liar.Liar.

6. HE CHEATED ON ME AND SLEPT WITH ANOTHER WOMAN.

Nah!!

Ngga worth it kan?


Seperti kata orang bijak bilang:
Even with all the mayonaisse in the world, you can't make chicken salad out of chicken shit.


Well, apa mau dikata, memang hubungan gue dan dia berakhir dengan shitty, malah bisa dibilang aroma "chicken shit"nya sudah tercium dari awal. Tapi apa gunanya memperjuangkan chicken shit, saat seorang superfox-cutiepie-smart-fabulous-superwoman seperti gue berhak untuk menikmati lezatnya chicken salad dengan Italian dressing dan sayuran organik.

Monday, January 01, 2007

It's Finished

Setelah semua usai.
Aku melihat ke belakang, yang ada ternyata cuma sakit hati dan kawan-kawannya. Monster-monster mengerikan.

Lalu aku berpaling saja dari adegan malam itu.
Dan mencoba melupakan, tapi tidak akan pernah memaafkan.
Hidup lega dengan perasaan dimaafkan adalah kemewahan yang tidak akan pernah kau rasakan, wahai pengkhianatku.

I'm single. Fabulous. Smart. Engga tajir, tapi punya potensi untuk jadi tajir sendiri. I am beautiful and worth to love.

Aku ngga butuh bullshit-mu dan cinta artifisial-mu untuk membuatku merasa lengkap, untuk membuatku merasa diinginkan.
Aku berharga. Terlalu berharga untukmu.

It's over. It's finished.
I cried offcourse. But now i stop sobbing, and start smiling.

Terima kasih buat teman-temanku.
Buat Bangben yang udah rela ditelponin malem2 dan dicurhatin 24/7. You're a great friend.
Buat Nanda dan Tania. Terima kasih udah jadi "tim buser" gue. Udah jadi sahabat yang sejati, i love you girls so very much.
Buat One dan Safira. Kalian berdua emang sinting, tapi nasihat kalian adalah yang paling realistis and i thank you for that.
Buat Dewi, Sesek, dan temen2 kantor yang udah jadi penyemangat. Tenang, gue tetep profesional kok...makasih ya atas becandaannya yang bikin gue ketawa.
Buat Endah, i'm not okay back then...but now i'm OKAY. Selamat berbahagia ya sayang.
Buat "dia-yang-namanya-tidak-mau-disebut", terima kasih buat "insider tips"-nya, for giving me your shoulder for me to hold. Loe emang bener, Nia emang cewek cool!
Buat Nine, Bibin, Alia dan teman-temannya(terutama buat Gautama, you are such a gentleman, thanks man!). Terima kasih buat malam tahun baru "tak terlupakan" yang sebagian gue malah gak inget sama sekali..hahahaha

dan buat keluargaku....thank you for not saying "i've told you so".

terima kasih Tuhan karena


aku


masih


bisa


bahagia

Labels: ,