Dalam waktu kurang dari seminggu ini, ada dua orang kolega yang menanyakan hal yang sama ke gue. Dua-duanya adalah Creative Director dari 2 agency yang berbeda, namun keduanya memiliki masalah yang serupa.
Susahnya cari copywriter yang bagus dan tidak mahal.
Tidak mahal di sini artinya masih level menengah, bukan senior.
Bagus di sini artinya sudah berpengalaman dan memiliki skill yang terasah, sudah pasti bukan senior.
Pernah gue mengusulkan seorang adik kelas yang menurut gue bagus. Cerdas mengolah kata dan selalu punya ide-ide segar. Tapi ternyata CV-nya agak mengecewakan, dia termasuk kutu loncat, alias gak betah berlama-lama di satu perusahaan. Sebagus apa pun kualitas kerjanya, tapi kalau dalam setahun pindah kantor sampe 3 kali, pastilah bikin agency-nya ketar-ketir.
Ada seorang adik kelas lagi yang biasa saja,nothing special, tapi cukup punya pengalaman. Sayangnya, dia baru saja pindah ke agensi lokal yang cukup besar, sehingga tidak available.
Teman-teman gue yang levelnya masih menengah pun masih asyik beradaptasi dengan kantor mereka masing-masing. Pindah kantor adalah opsi terakhir mereka.
Jadi bagaimana dengan kedua kolega (baca: ex boss) gue tadi? Well, kalau pun ada nama yang bisa gue rekomendasikan, tentu akan sulit memenuhi standard mereka. Harus bisa generate creative ideas setiap saat, punya inisiatif, teliti dalam proof reading, bersedia pulang malam (atau tidak pulang-pulang, hehe). Asal-asalan menyebut nama? Hmm...jangan deh. Kalo gue aja ragu akan kemampuannya, masak gue mau tawarin ke orang. Lagipula gue tahu persis kedua orang ini cukup perfeksionis dalam mencari anak buah, dan dua-duanya CD yang art based, jadi butuh pekerja kreatif dengan kemampuan copywriting yang prima untuk mengimbanginya.
Kalau pun ada bibit baru yang "murah meriah", tak perlu menunggu lama sampai ada agency yang lebih besar "mencuri" mereka dengan imbalan yang lebih besar. Kita yang menemukan, begitu sudah matang dipetik orang lain.
Susah.
Jadi, copywriter memang "hewan" langka yang sibuk dicari sana-sini. Sayangnya, jadi copywriter itu nggak ada sekolahnya.Yaah, ada sih, antara lain di D3 Periklanan UI atau short course di IMAGO. Tapi seperti layaknya sekolah, mereka mengajarkan teori. Tapi attitude menjadi seorang copywriter yang bagus? Itu semua dipelajari secara otodidak. Lagipula, adakah guru yang mengajarkan passion? Passion hadir dengan sendirinya. Belum lagi masalah kecocokan atau bahasa keren-nya "chemistry" dalam tim. Jelas tidak bisa diajarkan.
Jadi jawaban saya atas pertanyaan kedua ex boss saya tadi?
"Wah mas, aku sih belum ada. Tapi nanti aku kabarin ke temen-temenku deh"Jawaban diplomatis dan cari aman, tapi tetap lebih baik daripada ngasi rekomendasi asal-asalan, kan jadi tanggung jawab moral juga. Good luck ya mas Sugeng dan mas Jeffry. Semoga berhasil meminang copywriter yang profesional dan tangguh.
Labels: Advertising, babble away